Kajian Modal Kerja Usaha Kecil Dalam Rangka Peningkatan
Kinerja Usaha Menghadapi Era Pasar Bebas di Bandar Lampung
each aims to analyze : (1) the influencing factors of working capital from small business and determining alternative solution; (2) alternative strategic management from small business. The types of data are : (1) the secondary time series data which analyzed by financial models and (2) the primery data of owner from the small business which analyzed by description approach. The result shows that the small business in Bandar lampung need to improve their working capital trough : (1) the increasing level of effectivities from their business; (2) the creating of business innovation; (3) making commitment about business efficiency and competitiveness. Based on the result of this reseach, researcher is prepairing strategic standar and business commitment for the small business to enter global business. Key words: Working Capital management.
I. PENDAHULUAN
Usaha kecil di Indonesia di era reformasi ini mempunyai peranan yang sangat berarti dalam menunjang perekonomian. Banyak usaha besar pada saat ini mengalami keterpurukan sebagai akibat resesi ekonomi berkepanjangan,justru usaha kecil semakin bergairah untuk berkembang, secara kuantitatif dapat dibuktikan dari pemerataan usaha dan peluasan lapangan kerja,yang berkembang dari 1.755.000 unit usaha tahun 1997 menjadi 2.143.500 unit usaha
pada tahun 1999, sementara jumlah tenaga kerja yang diserap juga meningkat dari 5.308.800 orang tahun 1997 menjadi 10.113.600 orang tahun 1999. Lebih jauh lagi jika dilihat dari sumbangannya pada ekspor nonmigas yaitu dari 102 juta dollar Amerika tahun 1998 terus naik menjadi 136,8 juta dollar Amerika pada
akhir tahun 2001, secara persentase rata-rata kenaikan nilai ekspor usaha kecil meningkat dengan 30,5 persen per tahun ( Puji Wahono,2000) 2 Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung.
Peranan usaha kecil yang penting ini, seyogyanyalah mendapat perhatian kita semua, tetapi pada kenyataan sekjarang banyak hambatan dan pembinaan yang
kurang serius baik dari pemerintah maupun pihak-pihak lain yang terkait termasuk perguruan tinggi. Janji-janji untuk memberi kemudahan baik dalam perizinan,permodalan,maupun pembinaan manajemen baru sebatas pernyataan
atau retorika politik,sehingga semua kebijakan selalu tidak menyentu pengembangan usaha kecil. Hasil pengamatan ada beberapa hal yang menghambat pembinaan usaha kecil di Indonesia ( Indra Ismawan,1999), yaitu : (1) Indonesia belum memiliki undang-undang yang mengatur usaha kecil,walaupun sekarang rancangan undang-undang (RUU) itu mungkin sudah disahkan menjadi undang-undang namun realisasinya dan sosialisasi sampai saat ini belum jelas adanya ; (2) masih lemahnya komitmen dalam pembinaan usaha kecil, baik yang disuarakan oleh pemerintah maupun oleh pengusaha besar selaku mitra usaha, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha kecil itu ada dan berkembang sepenuhnya atas usaha mereka sendiri, kerena didorong oleh kebutuhan hidup. Penghambat lain yang juga dapat dikatakan secara structural usaha kecil umumnya di Indonesia menghadapi kendala-kndala bersifat internal,yaitu kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, kelemahan dalam struktur permodalan,dan kelemahan dalam mengakses permodalan,termasuk dalam manajemen modal kerja( Suryadi Soedirdja,1998). Kondisi usaha kecil Indonesia yang demikian ini, jika kurang mendapat binaan yang serius di masa mendatang,khususnya dalam menghadapi pasar bebas versi AFTA ataupun versi Dunia nantinya akan berdampak serius bagi perkembangan usaha kecil di Indonesia umumnya dan secara khusus pada usaha kecil di Bandar Lampung. Kenyataan di lapangan dapat kita lihat pada saat ini banyak usaha kecil kita kewalahan dalam menghadapi serbuan produk-produk dari luar negari yang sampai saat ini sudah meramba ke berbagai pelosok Indonesia . Apalagi jika penerapan pasar bebas AFTA ini benar- benar sudah direalisasikan, dimana kita tidak dapat lagi membantasi barang masuk dengan pembatasan tarif masuk antar negara-negara ASEAN. Kenyataan ini akan menambah beban berat bagi usaha kecil,dan mungkin juga akan dialami oleh perusahaan besar yang tidak efisien. Bukti-bukti telah mununjukkan pada kita betapa kewalahannya usaha otomatif kita menghadapi serbuan produk –produk otomotif China,Taiwan, Korea,dewasa ini, masih banyak lagi produk-produk dari Negara jiran seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura yang sudah lama beroperasi di Negara kita. Situasi ini akan menjadi siutasi sulit bagi usaha-usaha kita khususnya usaha kecil jika dikaitkan dengan kelemahan usaha kecil kita yang telah diuangkapkan sebelumnya, terutama yang berhabungan dengan modal khususnya modal kerja. Usaha kecil menurut Levi dan Sarnat (1989) justru membutuhkan tambahan modal kerja relatif lebih besar dari kebutuhan usaha menengah maupun usaha besar. Kesulitan yang terbesar pada usaha kecil dalam modal kerja terletak pada usaha pemisahan antara kebutuhan modal kerja dengan kebutuhan hidup pengusaha dan keluarga sehari-hari. Hal ini terjadi kerena usaha kecil umumnya tidak mampu mengakses modal,terutama jika berhubungan degan pihak ketiga ( bank maupun mitra usaha lainnya yang sifatnya sangat selektif ). Kelemahan ini tentunya berdampak luas pada daya saing dan kemantapan berusaha, apalagi dihubungkan dengan inovatif. Kunci keberhasilan usaha kecil menurut Steiner,Goerge(1985) justru terletak pada usaha inovatifnya. Peranan usaha kecil di Lampung khususnya di Bandar Lampung tidak terlalu berbeda dengan peranan usaha kecil secara nasional,ini terlihat dari sumbangan industri kecilnya mampu memberi 21,0 persen ekspor komoditi non migas yang dihasilkan oleh Lampung (BPS,1993). Jumlah usaha kecil juga meningkat dari 12,067 unit usaha kecil telah meningkat menjadi 18.488 unit usaha kecil sampai tahun tahaun 1998( BPS). Dan diperkirakan jumlah ini akan naik lagi selama era reformasi ini, sementara perusahaan besar dan menengah justru mengalamai stagnan karena masih dipengaruhi oleh dampak resesi ekonomi yang sampai saat ini belum dikatakan membaik.
Kedala yang dihadapi dalam pengembangkan usaha kecil di Lampung khususnya usaha kecil di Bandar Lampung hampir sama dengan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil secara nasional, yaitu kesenjangan antara usaha menengah dan usaha besar semakin melebar. Usaha kecil di Bandar Lampung umumnya lemah dalam permodalan, sulitnya mendapatkan modal termasuk modal kerja,kelemahan dalam manajemen, dan rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Kondisi ini setelah ditelusuri lebih jauh merupakan suatu system dalam kegiatan manajemen, ini berarti bahwa manajemen usaha kecil itu merupakan suatu sistem,sehinga salah satu dari sistem ini terganggu akan berdampak serius pada sistem secara keseluruhan ( Collins and Devana,2001), ini jelas apabilah usaha kecil itu lemah dalam modal kerja akan berdampak serius pada keunggulan bersaing baik secara lokal apalagi dalam mengahadapi persaingan di pasar bebas, apakah itu versi AFTA atau secara global.
A. Perumusan Masalah
Masalah yang dapat ditarik dari uraian sebelumnya adalah:
(1) Apakah pengelolaan modal kerja usaha kecil yang telah dioperasikan oleh usaha kecil di Bandar Lampung telah dilakukan secara efektif atau secara optimal.
(2) Teknik manajemen apa yang tepat yang harus diterapkan oleh pengusaha kecil di Bandar Lampung dalam menghadapi ketatnya persaingan di era basar bebas.
(3) Strategi apa sebaiknya digunakan oleh usaha kecil di Bandar Lampung dalam menghadapi ancaman persaingan degan produk-produk luar sekarang dan di era pasar bebas.
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
(1) Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi usaha kecil di Bandar Lampung terutama yang berhubungan dengan manajemen modal kerjanya.
(2) Memberikan solusi manajemen dalam mengatasi masalah manajemen modal kerja setelah menganalisis modal kerja, memperhitungan kebutuhan modal kerja, dan teknik mengakses modal khususnya modal kerja.
(3) Merumuskan strategi bersaing yang sesuai dengan kekuatan ,kelemahan, peluang dan ancaman yang bakal dihadapi di masa yang akan datang.
(4) Merumuskan teknik Pembinaan yang tepat dan fleksibel untuk usaha ecil di Bandar Lampung.
II. KERANGKA PENDEKATAN
Kerangka pendekatan yang digunakan dalam pemecahan maslah ini dapat dilihat sebagai berikut :
Peneliti melakukan survey Usaha kecil yang telah ditentukan
Mendapatkan data manajemen Modal kerja.
Pengolahan data :
Tabulasi,perhitungan Dan analisis.
Memisah-misah hasil sesuai Dengan tujuan penelitian yang sudah di Tetapkan.
Solusi berdasarkan Manajemen modal Kerja.
Solusi berdasarkan manajemen strategi bersaing.
Penyusun Pedoman Manajemen usaha kecil Terutama yang berhubungan Manajemen modal kerja dan Teknik inovatif untuk meningkatkan daya saing dilakukan melalui empat tahap, yaitu : (a) tahap penelitian,menggunakan metode penelitian yang sesuai sehingga didapatkan data yang valid dari respondenyang telah dipilih;(b) tahap pengolahan data dengan tabulasi, menghitung, memisah-misah hasil sesuai dengan tujuan untuk analisis,yaitu berdasarkan konsep manajemen keuangan khususnya manajemen modal kerja dan konsep manajemen stratetegi bersaing; (c ) tahap menganalisis hasil yang telah dipisahkan secara jelas. Konsep yang digunakan untuk mencari teknik bersaing, dan menumbuhkan inovatif digunakan konsep dari Glueck(1998),Konsep Collins and Devanna (1995), Kenichi Ohmae(1996), beberapa konsep dari David. Fred.R (1998), dan banyak sistesa yang dibuat oleh peneliti dan pengalaman mengajar manajemen strategi. Pendekatan yang digunakan untuk penyelesaian masalah modal kerja digunakan pendekatan Keown, et al (2000), Vanhorn(2000), Weston and Copland (1987),Levi and Sarnad ( 1983); (d) tahap penyusunan pedoman pembinaan mananjemen berdasarkan’manajemen modal kerja dan manajemen strategi bersaing.
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini telah dilakukan di Kotamadya Bandar Lampung, pada bulan Mei 2006.
B. Metode Penarikan Sampel
Metode penarik sampel adalah menggunakan metode Purposive random Sampling, yang diambil usaha kecil yang yang potensial yang ada di Kota Madya Bandar lampung, Usaha kecil yang diambil satu unit berdasarkan jenisjenis usaha, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Responden
No Jenis Usaha Jumlah(unit) | ||
1 | Kerajinan Keripik | 1 |
2 | Tanaman hias | 1 |
3 | Tukang Jahit | 1 |
4 | Warung P&D | 1 |
5 | Restoran | 1 |
6 | Toko Meubel | 1 |
7 | Apotik Kecil | 1 |
8 | Kerajinan Bambu | 1 |
9 | Usaha Ikan Asin | 1 |
10 | Usaha bengkel Motor | 1 |
11 | Usaha Bengkel mobil | 1 |
12 | Usaha Toko Kue | 1 |
13 | Toko Manisan | 1 |
14 | Katering | 1 |
15 | Krupuk Ikan | 1 |
C. Hiptesis
(1) Pengololaan modal kerja usaha kecil di Bandar Lampung belum optimal.
(2) Strategi inovasi adalah pilihan yang tepat untuk usaha kecil untuk tetap bertahan hidup dan bersaing di era pasar bebas.
D. Alat analisis.
Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diangkat adalah
menggunakan :
(1) Untuk membuktikan bahwa modal kerja usaha kecil belum optimal digunakan pendekatan manajemen keuangan konsep dari Weston and Copland (1998), yaitu dengan cara membagikan volume penjualan yang dicapai dengan jumlah hari perputaran seruhan modal kerja yang digunakan dalam usaha kecil. Modal kerja optmal bila Working Capitan (WC)≤ 0. Rumus hipotesisnya :
Ho = Nilai modal yang terpakai.
H1 ≠ Nilai modal kerja yang optmal
(2) Untuk membuktikan hipotesis keduadigunakan pendekatan manajemen strategi. Rumus hipotesisnya:
Ho = usaha kecil tidak inovatif
H1 ≠ Usaha kecil inovatif
E. Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah secara tabulasi, dihitung, dan dianalisis berdasarkan konsep manajemen modal kerja yaitu menghitung perputaran modal kerja,menghitung kebutuhan modal kerja optimal sesuai dengan perkembangan jumlah permintaan.sedangkan untuk memilih dan menerapkan konsep manajemen strategi,dari data yang ada dikaji berdasarkan TOWS Matrix dari David,Fred (1998).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Perhitungan
B. Pembahasan
1. Kajian Berdasarkan Manajemen Modal Kerja
Hasil dari riset terhadap lima belas jenis usaha kecil yang beroperasi di Bandar Lampung setelah diuji berdasarkan kebutuhan modal yang seharusnya berdasarkan rumusan yang membagi total penjualan dengan lamanya hari rata perputaran setiap item modal kerja maka didapatlah hasil lengkap seperti yang diperlihatkan oleh Tabel 1. Hasil ini menunjukkan bahwa hampir rata-rata perusahaan kecil atau 87% usaha kecil di Bandar Lampung umum belum optimal dalam penggunaan modal kerjanya,ini dibuktikan oleh adanya kelebihan ( bertanda +) dalam penggunaan modal kerja, dan hanya 13% (bertanda - ) yang efektif dalam penggunaan modal kerjanya. Ketentuan penggunaan modal kerja yang optimal menurut Weston dan Copland (1998), adalah tercapai jika WC ≤ 0 .
Kelemahan ini umumnya karena lemahnya manajemen modal kerja sebagai akibat dari banyaknya keterbatasan sumberdaya dari usaha kecil itu sendiri, diantaranya banyak perusahaan harus menalang atau menggunakan persekot uang muka dalam pengadaan pesediaan untuk menjaga stabilitas produksi, sehingga banyak usaha kecil memiliki tingkat perputuran persediaan yang rendah ,disisi lain kurang efektif dalam penagihan piutang,sehingga perputaran piutang rendah. Kelemahan ini juga umumnya disebabkan adanya keterbatasan modal kerja secara umum, karena kesulitan dalam mengakses modal kerja. Sumber-sumber dana yang ada umumnya adalah bersifat individu dengan ratarata tingkat suku bunga yang tinggi. Kemampuan menggunakan sumberdana
dari bantuan bank, KUK dari koperasi atau instansi pemerintah umumnya masih jarang. Kalaupun ada pada umumnya mereka tidak begitu tertarik menggunakan sumberdana ini karena dipandang terlalu sulit dan sangat birokrasi,dan persyatan ini tidak dapat dipenuhi oleh banyak perusahaan kecil. Akibatnya banyak usaha kecil berjalan seadanya dan orientasi usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Kondisi seperti ini tentukannya akan mempersulit usaha kecil untuk dapat eksis di era pasar bebas pada tingkat AFTA apalagi pada tingkat dunia.
2. Kajian Berdasarkan Manajemen Strategi
Hasil kajian lingkungan berdasarkan TOWS ini secara umum menggambarkan peta kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari keberadaan usaha kecil di masa yang akan datang ,selain itu melalui matriks TOWS ini dapat dirancang strategi apa yang layak diterapkan dalam jangka pendek ,jangka menengah, dan jangka panjang terutama dikaitkan dengan persaingan secara bebas di era AFTA maupun era Global.
Kekuatan dari saha kecil di Bandar Lampung berdasarkan kajian hasil survey ada tiga pilar yaitu (1) setiap usaha kecil umumnya memiliki kontribusi margin yang tinggi yaitu berkisar rata-rata antara 41%, ini menunjukkan bahwa usaha kecil ini secara bisnis masih cukup potensial kalau dikelola dengan benar. Masalahnya terletak pada kemampuan mengatur biaya operasional usaha, jika biaya operasional rutin ini dapat diefisienkan maka usaha tersebut akan tetap eksis dan berkembang secara mandiri apalagi jika menggunkan dana binaan pemerintah atau yang disalurkan melalui Bank atau non Bank.; (2) Rata-rata pengusaha kecil ini memiliki keuletan dalam berusaha karena terdorong oleh motivasi untuk mempertahan hidup secara mandiri; (3) Selain itu kekuatan lain adalah hampir semua produk yang ditawarkan oleh usaha kecil dapat diterima pasar local karena itu sampai saat ini masalah penjualan tetap baik. Kelemahan usaha kecil di Bandar Lampung umumnya (1) masih rendahnya pengetahuan mengena modal kerja, sehingga mereka belum sadar dan sungguh-sungguh mengatur penagihan piutang, memgatur persediaan, termasuk sulitnya memisahkan kebutuhan rumah tangga dengan kebutuhan usaha; (2) Kelemahan ini hampir dilakukan oleh setiap usaha kecil sebagai akibat masih rendahnya SDM yang ada, yaitu keterampilan berbisnis secara profesional ; (3) Masalah pengadaan bahan baku belum diatur berdasarkan perkiraan kebutuhan produksi,tetapi lebih banyak didorong oleh adanya rasa takut kehabisan bahan baku,sehingga mereka banyak yang bertjaga-jaga secara berkelebihan pada pengaadaan bahan baku dan pelengkap.
Peluang usaha kecil di Bandar Lampung diantaranya (1) masih terbukanya peluang untuk menggarap pasar local maupun non local; (2) Tingginya dukukung pemerintah melalaui binaan manajemen ataupun bantuan modal yang dapat dimanfaat untuk mengembangkan usaha kecil.
Ancaman usaha kecil kedepan antara lain (1) datang dari semakin ketatnya persaingan baik secara lokal maupun global ; (2 ) ancaman datang di era pasar bebas adalah semakin cepatnya trend/perubahan mode yang berpengaruh pada
perubahan salera konsumen; (3) selain itu ancaman datang dari peningkatan mutu dan pe layanan sebagai akibat adanya perkembangan teknologi produksi yang baru.
Kajian –kajian TOWS inilah yang dijadikan dasar untuk menyusun langkah atau strategi usaha kecil ke depan agar dapat bertahan dan bekembang terutama di era pasar bebas, apakah itu di era pasar bebas AFTA atau pada era Global. Tindakan strategi yang harus diambail dalam jangka pendek adalah : (1) Memperbaiki modal kerja, dengan cara meningkatkan pengetahuan mengenai modal kerja, cara mengatur persediaan, cara mengatur piutang, cara mengatur seluruh kebutuhan operasional termasuk melakukan efisiensi usaha; (2) Melakukan peningkatan dengan suplier lokal sehingga terjalin harmonisasi hubungan dan kontinyuitas pemasokan dapat terjamin sesuai dengan kebutuhan. (3) Melatih SDM agar mampu menguasai ketearampilan bisnis moderen dan mampu menyerap binaan atau bantuan modal kerja dari pemerintah yang disalurkan melalui Bank atau dana KUK.
Tindakan jangka menengah adalah : (1) Meningkatkan mutu dan perbaikan sistem pelayanan kepada setiap konsumen baik secara lokal maupun untuk meningkatkan pelayanan di luar Bandar Lampung; (2) Menerapkan system pemasaran yang moderen dengan memperbaiki pelayanan, dimulai dari perbaikan kemasan,peningkatan daya kerja produk,maupun bentuk pelayanan purna servis,dll. Tidakan strategi jangka panjang adalah (1) berusaha untuk mengganti teknologi yang ada dengan teknologi yang baru sesuai dengan kemajuan zaman ;( 2) strategi inovasi menjadi andalan utama, hal ini dap, sehingga mampu membaca kebutuhan pasar dengan cepat. Hal dapat dikembangkan berkat kesadaran mengenai pemahaman salera konsumen dan ketersediaan teknologi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil perhitungan dan kajian yang telah dilakukankan meunjukkan bahwa secara umum hipotesis yang diungkapkan pada penelitian ini dapat dibuktikan, dengan alasan sebagai berikut :
(a) Hasil perhitungan kebutuhan modal kerja berdasarkan besaran pencapaian volume penjualan umumnya menunjukkan hampir ( 87% ) usaha kecil itu menggunakan modal kerjanya secara berkelebihan ( WC>0). Menurut ketentuan manajemen kerja yang diungkapkan oleh Weston dan Copland yang menyatakan bahwa modal kerja yang optimum adalah jika working of capital (WC) ≤0,
(b) Efek dari buruknya manajemen modal kerja ini juga berpengaruh pada kemampuan bersaing dari usaha kecil sehingga jika ini diteruskan tanpa dicari solusi tidak tertutup kemungkinannya akan berpengaruh pada keberadaan dan daya saing usaha kecil itu di masa yang akan datang terutama pada era AFTA ataupun era Global.
2. Saran
a) Dianjurkan kepada semua pihak yang terkait dimulai dari Departemen atau dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM ataupun instansi pemerintah atau swasta yang terkait, maupun masyakat yang peduli seperti masyarakat kampus untuk melakukan binaan manajemen modal kerja dan teknik mengakses modal serta peningkatan wawasan SDM usaha kecil mengenai keterampilan bisnis moderen, sehingga dapat mengkuti perkembangan pasar dan perubahan salera konsumen secara tepat dan cepat
b) Hasil penelitian ini harus disosialisasikan sehingga setiap usaha kecil mengetahui strategi apa yang harus mereka terapkan, agar tetap bertahan dan berkembang di masa yang akan datang . Strategi itu adalah :
1. Strategi jangka pendek : (a) Memperbaiki modal kerja, dengan memperhatikan lebih intensif pada item persediaan dan piutang, sehingga kedua item ini dapat efektif dimanfaatkan sebagai bagian dari modal kerja yang dapat memperbaiki kinerja modal kerja;(b)Usaha kecil perlu meningkatkan hubungan baik dengan supliernya sehingga terjamin kontinyuitas produksi, yang secara tidak lansung berpengaruhi terhadap efektivitas item persediaan; (c) Usaha kecil perlu mengikuti pelatihan SDM khususnya untuk menambah wawasan bisnis moderen;.
2. Strategi jangkah menengah yang perlu diambil oleh usaha kecil adalah :
(a) meningkatkan mutu dan sistem pelayanan kepada konsumen local maupun di luar Bandar Lampung; (b) menerapkan sistem pemasaran moderen dengan memperbaiki pelayanan, perbaikan kemasan, daya kerja produk maupun pelayanan purna servis.
3. Strategi jangka panjang yang perlu diambil adalah : (a) berusaha mengganti teknologi dengan teknologi yang moderen sesuai dengan kemajuan zaman ; (b) mengembangkan inovasi produk, sebagai keunggulan bersaing di era AFTA maupun era global.
Daftar Pustaka
Bernard W.Taylor III, Intoduction to Management Science. Virginia : Pearson
Education-Prentice Hall, 8th,ed
Bill Scott,1997. The Skill of Communicating.England: Wildwood House.
Collin and Devana,2001. The Portable MBA.New York : John Wiley &
Sons,Inc.
Indra Ismawan,1999. Menghapus Kesenjangan: Makalah Seminar Pembinaan
Usaha Kecil.Jakarta, September 21.
Iban Sofyan,2000. Konsep dan Aplikasi Manajemen Keuangan.Bandar
Lampung: Penerbit Lamda Sains.
Kenoichi Ohmae,1996. Managing in a borderless World.New York: Harvard
University Review .67,p 153.
Keown,David,Martin,and Petty,2000. Basic Financial Management,Virginia
:Prentioce-Hall,Inc,9th-ed
Levi and Sarnat,1983. Capital Investment and Financial Decisions.Singapore:
Prentice Hall International.
Punji Wahono,2000. Kunci Pengembangan Usaha Kecil: Makalah Seminar-Kerja
sama antar Lembaga,Jakarta ,23 April.
,Philip,1998. Copetitive Advantage. New York : Collier Macmilan Publishers.
Steiner, George,1989. Starting A Successful Small Business. Great Britain : Kogan
Page Limited.
Suryadi Soedirdja,2000. Faktor Penghambat Pengembangan Usaha Kecil:
Makalah Seminar Antar Instasi, Jakata. 19 Juni.
Richard E. Feinberg-Valeriana Kallap,2000.PerbankanKomersil,di Dunia
Ketiga,Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Vanhorn,2001. Fundamentals of Financial Management. New Yersey : Printice
Hall,Inc.Weston and Copland,1998.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus